Dengan adanya Gerdunas diharapkan terjalin kerjasama antara semua sektor, yaitu pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi profesi (Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Ahli Paru Indonesia, dan lain-lain), serta sektor-sektor lain yang terkait.
Pembentukan Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas) TBC merupakan salah satu bukti kuatnya komitmen politis untuk memperluas pelaksanaan strategi DOTS dengan keikutsertaan berbagai sektor terkait dalam penanggulangan TBC.
Untuk menggalang organisasi profesi, LSM dan organisasi lainnya maka Gerakan Terpadu Nasional (Gerdunas TBC) membentuk suatu forum kemitraan penanggulangan TBC yang disebut TB partnership Forum Indonesia pada tahun 2001.
Forum ini menghimpun berbagai mitra dalam penanggulangan TBC baik LSM lokal, LSM internasional, Lembaga donor dalam maupun luar negeri, mantan serta pemerhati masalah TBC.
Beberapa Lembaga swadaya masyarakat yang terlibat dalam Forum ini memiliki peranan yang besar di masyarakat seperti PKK, Muhammadyah, Perdhaki, Pelkesi, IDI, PDPI, IDAI, WVI, serta lembaga swadaya lainnya.
Sampai saat ini forum ini terus bertambah keanggotaannya, dimana di tingkat nasional terdapat 46 anggota. Forum ini bertemu setiap 3 bulan dalam suatu kegiatan yang disebut TB Partnership Forum Meeting.
Saat ini profil daripada masing-masing anggota dapat diakses melalui TB Partnership directory. Forum ini diharapak akan dapat terus bertambah jumlah anggotanya dan terbuka bagi siapapun yang ingin berkontribusi dalam program penanggulangan Nasional Tuberkulosis.
Kemitraan pada tingkat pelayanan melalui kerjasama yang dilaksanakan oleh Puskesmas di beberapa kabupaten/kota dengan melakukankegiatan dengan beberapa mitra seperti PKK, World Vision Indonesia, HOPE, Muhammadiyah dan lain-lain.
Kelompok komunitas lokal seperti Ninik mamah dan Posyandu juga aktif terlibat dalam penanggulangan TBC di beberapa kabupaten/kota. Pembentukan jaringan yang antar petugas kesehatan dengan masyarakat dalam upaya mobilisasi dan sosialisasi Penanggulangan TBC dan strategi DOTS.
Kerjasama berupa rujukan antara rumah sakit, dokter praktek swasta dan Puskesmas dalam upaya peningkatan kualitas pengobatan serta mencegah timbulnya bahaya baru yaitu resistensi OAT.
Ikatan Dokter Indonesia, akademisi, serta organisasi profesi lainnya (POGI, PDPI, IDAI, PAPDI, PAMKI, dll) serta LSM bekerja sama dalam pendidikan TBC bagi para petugas pelayanan kesehatan.
Kurikulum TBC telah diluncurkan untuk mahasiswa kedokteran, dan saat ini sedang dilakukan ujicoba pengembangan kurikulum di institusi pendidikan keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Sumber; http://www.tbindonesia.or.id/tbnew/fungsi/article/57/00020023/3
Gerdunas TBC harus diperkuat...!?
BalasHapus