Jumat, 30 April 2010

Menghubungkan Facebook Ke Twitter dan Blog

UNTUK menghubungkan fb ke web social dan blog lainnya, maaf saya tidak akan membuat catatan panjang, ini sudah diposting diweb dan notes sebelumnya. check http://dunixi.com, ini dia jawaban saya secara singkat :

Saya lebih suka pake ini : http://ping.fm/ bisa menghubungkan ke berbagai web social, lihat keterangan disini: http://ping.fm/networks/ kalo untuk update status profile facebook ke twitter belum bisa bisanya update status pages/halaman ke twitter, pake aplikasi ini: http://www.facebook.com/twitter

kalo update twitter ke facebook bisa pake ini: http://apps.facebook.com/twitter

beberapa web cms juga bisa diatur dengan plugin tambahan agar posting automatic ketika ada artikel baru diposting, konfigurasikan aja pake ping.fm dan auto update dech..

semoga bermanfaat - Happy nice week end

Senin, 26 April 2010

Pencegahan dan Pengobatan Diare di Rumah

Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia rata-rata akan mengalami diare 2-3 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya oralit, angka kematian akibat diare telah sangat menurun. Namun demikian, balita yang mengalami gizi kurang masih cukup tinggi, yang antara lain dapat merupakan akibat penyakit diare pada anak. Berikut akan dijelaskan secara ringkas mengenai pencegahan dan pengobatan diare di rumah.

Pola buang air besar pada anak
Pada umumnya, anak buang air besar sesering-seringnya 3 kali sehari dan sejarang-jarangnya sekali tiap 3 hari. Bentuk tinja tergantung pada kandungan air dalam tinja. Pada keadaan normal, tinja berbentuk seperti pisang. Dilihat dari kandungan airnya bentuk tinja bervariasi mulai dari “cair” (kadar airnya paling tinggi, biasanya terjadi pada diare akut), “lembek” (seperti bubur), “berbentuk” (tinja normal, seperti pisang), dan “keras” (kandungan air sedikit seperti pada keadaan sembelit). Pada bayi berusia 0-2 bulan, apalagi yang minum ASI, frekuensi buang air besarnya lebih sering lagi, yaitu bisa 8-10 kali sehari dengan tinja yang encer, berbuih dan berbau asam. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Warna tinja yang normal adalah kuning kehijauan, tetapi dapat bervariasi tergantung makanan yang dikonsumsi anak. Yang perlu diperhatikan adalah bila tinja berwarna merah (mungkin darah) atau hitam (mungkin darah lama/beku) atau putih seperti dempul (pada penyakit hati).

Kapan disebut diare ?
Anak dinyatakan menderita diare bila buang air besarnya “lebih encer” dan “lebih sering” dari biasanya. Tinja anak diare dapat mengandung lendir dan darah, tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah. Kadangkala gejala muntah dan demam mendahului gejala mencretnya.

Gejala yang timbul akibat penyakit diare
Karena terjadinya mencret dan muntah yang terus menerus, pada awalnya anak akan merasa haus karena telah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) ringan. Bila tidak ditolong, dehidrasi bertambah berat dan timbullah gejala-gejala: anak tampak cengeng, gelisah, dan bisa tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat. Mata tampak cekung, ubun-ubun cekung (pada bayi), bibir dan lidah kering, tidak tampak air mata walaupun menangis, turgor berkurang yaitu bila kulit perut dicubit tetap berkerut, nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki teraba dingin, dan kencing berkurang. Pada keadaan dehidrasi berat nafas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita asidosis). Bila terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang.

Prinsip pengobatan diare
Penyakit diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik dan dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri (self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan penyebab kematian. Oleh karena itu, prinsip pengobatan diare adalah:
  • Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
  • Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, pemberian makanan seperti yang diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare yang ringan tidak diperlukan penggantian susu formula.
  • Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.
Pengobatan dimulai di rumah ?
Bila anak menderita diare dan belum menderita dehidrasi, segera berikan minum sebanyak 10 ml per kilogram berat badan setiap kali mencret agar cairan tubuh yang hilang bersama tinja dapat diganti untuk mencegah terjadinya dehidrasi, sehingga mencegah terjadinya kematian. Sebaiknya diberikan cairan oralit yang telah tersedia di pasaran saat ini seperti oralit 200 ml, oralit I liter, Oralit-200 dan Pharolit-200 dan juga larutan oralit siap minum seperti Pedialyte dan Renalyte. Bila tidak tersedia, dapat pula digunakan larutan yang dapat dibuat di rumah seperti larutan garam-gula atau larutan garam-tajin (lihat Tabel 1).

Tabel 1. Cara membuat larutan garam-gula dan larutan garam-tajin 

Larutan Garam-Gula
Larutan Garam-Tajin
Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir, seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas (200 ml) air matang.
Setelah diaduk rata pada sebuah gelas diperoleh larutan garam-gula yang siap digunakan.
Bahan terdiri dari 6 (enam) sendok makan munjung (100 gram) tepung beras, 1 (satu) sendok teh (5 gram) garam dapur, 2 (dua) liter air. Setelah dimasak hingga mendidih akan diperoleh larutan garam-tajin yang siap digunakan.
Bila telah terjadi dehidrasi, minumkanlah oralit 50-100 ml (tergantung berat ringannya dehidrasi) per kilogram berat badan dalam 3 jam untuk mengobati dehidrasi dan bila masih mencret oralit terus diberikan seperti di atas, yaitu 10 ml per kilogram berat badan setiap mencret (lihat Tabel 2).
Bagaimana mengetahui keadaan anak membaik dan tidak perlu dibawa ke dokter? Tentu saja dengan melihat adanya perbaikan dari gejala-gejala yang disebutkan di atas. Kesadaran anak membaik, rasa hausnya akan menghilang, mulut dan bibirnya mulai membasah, kencing banyak, dan turgor kulit perutnya membaik.

Kapan dirujuk ke puskesmas atau dokter ?
Anak dirujuk ke puskesmas atau dokter bila:
  • Muntah terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit tidak bermanfaat
  • Mencret yang hebat dan terus menerus sehingga diperkirakan pemberian oralit kurang berhasil
  • Terdapat tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor kurang, tangan dan kaki dingin, tidak sadar).
Pencegahan diare
Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:
  • Penyiapan makanan yang higienis
  • Penyediaan air minum yang bersih
  • Kebersihan perorangan
  • Cuci tangan sebelum makan
  • Pemberian ASI eksklusif
  • Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet)
  • Tempat buang sampah yang memadai
  • Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
  • Lingkungan hidup yang sehat
Tabel 2. Pengobatan diare di rumah 

Derajat dehidrasi
Jenis
cairan
Jumlah
cairan
Jadwal pemberian
Belum dehidrasi


  • Cairan rumah tangga atau oralit


  • 10 ml per kg berat badan setiap kali mencret


  • 24 jam
Dehidrasi ringan


  • Oralit


  • 50 ml per kgbb


  • 10 ml per kgbb tiap mencret


  • 3 jam


  • 24 jam
Dehidrasi sedang


  • Oralit


  • 100 ml per kgbb


  • 10 ml per kgbb tiap mencret


  • 3 jam


  • 24 jam
Dehidrasi berat Segera dibawa ke Puskesmas atau RS karena anak perlu mendapat infus

Penutup
Diare pada anak dapat menyebabkan kematian dan gizi kurang. Kematian dapat dicegah dengan mencegah dan mengatasi dehidrasi dengan pemberian oralit. Gizi kurang dapat dicegah dengan pemberian makanan yang memadai selama berlangsungnya diare. Peran obat-obatan tidak begitu penting dalam menangani anak dengan diare. Pecegahan dan pengobatan diare harus dimulai di rumah.

Sumber : idai.or.id

Rabu, 14 April 2010

Gambaran Pelaksanaan Pembuangan Akhir Sampah di TPA Bangkonol Kabupaten Pandeglang Tahun 2009



 ABSTRAK

Ade Setiawan

xiii + 73 halaman + 3 tabel + 9 lampiran
     Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang  komprehensif  dari  hulu,  sejak  sebelum  dihasilkan  suatu  produk  yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
     Magang/Praktikum Kesehatan Masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembuangan akhir sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Bangkonol Kabupaten Pandegang tahun 2009. Waktu pelaksanaan dimulai dari 15 Februari sampai dengan 15 Maret 2010. Lokasi/obyek magang adalah institusi Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPA Bangkonol Kabupaten Pandeglang.
     Hasil Praktikum Kesehatan Masyarakat menggambarkan sistem pengelolaan sampah yang telah dilaksanakan oleh Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pandeglang mulai dari penampungan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir sampah di wilayah pelayanan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bangkonol Kota Pandeglang cakupannya baru mencapai 40%, sedangkan sisanya 60% dikelola oleh masyarakat sendiri yaitu dengan cara membakar, menimbun atau membuangnya secara liar.
     Metoda yang digunakan dalam pengolahan sampah di TPA Bangkonol menggunakan cara landfill dengan lahan urug terkendali setiap 3 – 5 hari sekali (Controlled Landfill). Walaupun begitu dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada saat ini sampah yang di buang ke lokasi TPA Bangkonol sering dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan (Open Dumping).
     Pemanfaatan sampah di lokasi TPA Bangkonol dilakukan oleh para pemulung dengan memanfaatkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis. Selain itu sudah diupayakan untuk pengolahan sampah organik menjadi kompos oleh pengelola TPA Bangkonol dengan melibatkan pihak ketiga dan masyarakat setempat.
     Pemantauan dampak lingkungan di TPA Bangkonol sudah dilaksanakan diantaranya dengan menerapkan disaign Controlled Landfill standar seperti pembentukan dasar TPA, pengolahan lindi (leachate), gas serta melarang pembakaran sampah di lokasi TPA Bangkonol, serta melakukan kontrol bau, debu dan lalat secara berkala.
    Dalam pengelolaan tempat pemrosesan akhir ada hambatan dan masalah yang sering terjadi diantaranya adanya keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber pembiayaan yang relatif terbatas untuk mengolah seluruh sampah yang masuk ke lokasi TPA.
     Ada beberapa saran yang diperlukan untuk pengelolaan sampah ditingkat hulu mulai dari pemilahan sampah rumah tangga supaya dikembangkan/ disosialisasikan melalui berbagai media yang ada sehingga akan meminimalkan pengangkutan/pembuangan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan.
     Perlu lebih memberdayakan pemulung dalam pengelolaan sampah terutama di tingkat tempat penampungan sementara (TPS), sehingga volume sampah yang akan di angkut ke TPA menjadi berkurang. Selain itu disarankan untuk melakukan pemberdayaan  masyarakat setempat untuk mengolah sampah organik menjadi kompos sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian.

Kata kunci (sampah, TPA, controlled landfill)

Daftar bacaan : 15 buah (2010-1987)


Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Faletehan 
Laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat, 7 April 2010
Gambaran Pelaksanaan Pembuangan Akhir Sampah  
di TPA Bangkonol Kabupaten Pandeglang 
Tahun 2009