Jumat, 02 Oktober 2009

Pandeglang Harus Siap Hadapi Ancaman Bencana



HAMPIR separuh wilayah Indonesia, termasuk wilayah Banten dan Pandeglang dipastikan memiliki potensi bencana alam, karena letak geografisnya yang dijalur gempa. Ancaman tsunami disepanjang pantai dan bencana alam lainnya yang sering terjadi seperti banjir, longsor dan gunung berapi serta kekeringan yang panjang dan kebakaran terkadang juga dapat mengakibatkan bencana bagi manusia.

Gempa bumi dan bencana alam yang terjadi di Jawa Barat dan  Sumatera serta beberapa daerah lain di tanah air yang terjadi belakangan ini harus menjadi peringatan bagi kita bahwa kejadian tersebut tidak bisa diprediksi kapan dan seberapa parah tingkat kegawatannya. Yang bisa dilakukan kini adalah melakukan kesiapsiagaan bila gempa dan bencana alam terjadi sehingga korban kesakitan dan kematian dapat diminimalisir.

Hingga kini diperkirakan masih ada ribuan pengungsi akibat bencana alam dan gempa bumi yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, dengan sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Dalam keadaan seperti ini, baik bencana alam maupun kerena ulah manusia, para orang tua lanjut usia (Lansia), wanita dan anak-anak merupakan kelompok umur yang relatif paling lemah dan menjadi sangat rentan terhadap kemungkinan sakit dan cidera. Oleh karena itu, mereka khususnya para anak memerlukan perawatan dan perhatian yang memadai agar kesehatannya tetap terjaga.

Pada saat bencana atau dalam keadaan kedaruratan, anak-anak harus tetap mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang memadai, termasuk imunisasi campak, makanan yang memadai dan gizi tambahan. Selain itu pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting untuk anak dibawah dua tahun sekalipun berada dalam situasi bencana atau kedaruratan. Pasalnya, penyakit akan mudah tersebar ditempat yang padat oleh manusia. Oleh karena itu anak yang hidup dalam kondisi padat, terutama dalam pengungsian atau keadaan bencana, perlu segera mendapat imunisasi campak begitu tiba ditempat yang dijadikan tempat tinggal sementara. Begitupun Suplemen vitamin A juga perlu diberikan dan semua imunisasi dalam keadaan darurat harus diberikan dengan jarum suntik sekali pakai.

Idealnya imunisasi campak harus segera diberikan pada anak di lokasi sementara atau pengungsian. Pasalnya penyakit campak biasanya menjadi lebih berbahaya jika anak berada dalam kondisi kurang gizi atau tinggal ditempat yang padat dan kotor. Campak juga seringkali menyebabkan diare berat. Oleh karena itu begitu penyakit campak tersebar, anak yang terkena campak harus segera dijauhkan dari anak-anak lainnya. Manfaat lainnya, dengan memberi imunisasi campak pada anak umur sembilan bulan dapat mencegah diare dan menghindari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang dapat menyebabkan radang paru-paru atau pneumonia. Jika karena berbagai alasan, anak belum mendapat imunisasi lengkap pada umur satu tahun, imunisasi lengkap harus diberikan secepat mungkin.

Berkenaan dengan upaya antisipasi dan penanganan bencana alam yang sewaktu-waktu bakal terjadi, sektor kesehatan memegang peranan vital untuk bisa memberikan pelayanan kepada semua korban yang hidup, luka maupun meninggal. Oleh karena itu kesiapsiagaan penting disaat sebelum terjadi bencana.

Guna mengantisipasi kejadian bencana alam dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular, Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang telah membentuk tim terpadu lintas program atau Tim Gerak Cepat (TGC) dalam penanganan bencana alam dan kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular. Tim tersebut sebenarnya telah dibentuk sejak tiga tahun lalu yakni berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang No. 438/Peg.143/Kes-VII/2006 tanggal 26 Juli 2006, dengan tugas pokok melakukan kesiapsiagaan dalam penanganan masalah kesehatan masyarakat khususnya jika terjadi bencana alam seperti gempa, tsunami atau banjir dan bencana lainnya, atau apabila terjadi kejadian luar biasa penyakit menular yang menyerang masyarakat seperti KLB diare, demam berdarah, campak dan penyakit menular lainnya, dapat segera ditangani secara terencana, terkoordinasi dan terpadu.

Sebelum TGC ini dibentuk, sebenarnya jajaran kesehatan sudah melakukan siaga dalam melakukan penanggulangan masalah kesehatan khususnya dalam penanganan kejadian luar biasa penyakit. Kesiapsiagaan tersebut dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang dengan melibatkan secara penuh petugas puskesmas di tingkat kecamatan.

Saat itu TGC dibentuk atas dasar kebutuhan dan merespon kejadian gempa pada 17 juli 2006 yang sempat mengguncang wilayah pesisir pantai Pandeglang, walau tidak terjadi bencana alam tsunami ternyata sempat terjadi gelombang pengungsi dari warga di sekitar pantai, dan biasanya akan timbul masalah kesehatan di tempat pengungsian yang perlu segera ditangani, dengan pengalaman tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang memandang perlu membentuk Tim Gerak Cepat.

Dasar pembentukan lainnya adalah, bencana alam dan kejadian luar biasa penyakit menular merupakan suatu proses kejadian alamiah atau akibat perilaku manusia yang dapat mengganggu dan menghambat aktifitas kehidupan dan penghidupan masyarakat disekitarnya, bahkan dapat menimbulkan malapetaka yaitu kehilangan harta atau jiwa. Oleh karena itu penanganannya perlu diupayakan secara terpadu, terencana dan terpadu, khusus untuk jajaran kesehatan, TGC telah mengamanatkan dan diminta harus sudah siap dan selalu siaga menghadapi bencana alam yang belakangan banyak terjadi di beberapa daerah di Indonesia, serta kemungkinan terjadinya KLB penyakit menular pada musim tertentu yang ekstrim.

Tim Gerak Cepat yang telah dibentuk tersebut terdiri dari 3 bagian yakni, bidang yang menangani bencana dan KLB secara koordinatif ditingkat kabupaten, bidang yang menangani pelayanan langsung saat bencana atau KLB, serta bidang yang menyiapkan logistis dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan untuk penanggulangan bencana atau KLB.

TGC DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANDEGLANG ini dalam beberapa hal dan kesempatan sudah teruji kehandalannya terutama saat menghadapi Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit. Namun belum diuji untuk penanganan bencana alam yang tingkat keparahan dan areal wilayah yang sangat mungkin jauh lebih luas. Namun setidaknya, dibentuknya TGC secara internal petugas di jajaran kesehatan sudah mengetahui tugas dan peran masing-masing pada saat bencana atau KLB terjadi, agar masalah kesehatan yang terjadi dapat segera ditanggulangi dan penanganannya cepat, sehingga korban kesakitan dan kematian akibat bencana dan KLB dapat kurangi seminimal mungkin. Tentu saja  dalam operasionalnya TGC harus bergabung dengan satuan pelaksana penanggulangan bencana (Satlak PB) Kabupaten Pandeglang.


Untuk mengantisipasi bencana alam dan keadaan darurat ke depan, Kepala DINAS KESEHATAN KABUPATEN PANDEGLANG, H. Iskandar dalam suatu kesempatan menyatakan sudah melakukan persiapan yang matang menghadapi segala kemungkinan yang bakal terjadi. Persiapan tersebut termasuk ketersediaan logistik, kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan yang memadai serta sumberdaya kesehatan lainnya yang mendukung kelancaran tim kesehatan melaksanakan tugas. Kadinkes Pandeglang juga mengaku untuk lebih mengefektipkan kinerja tim, jika perlu akan merevisi SK No. 438/Peg.143/Kes-VII/2006 yang akan disesuaikan dengan kebutuhan terkini dalam menghadapi bencana dan memberikan tugas secara rinci. bagi setiap anggota tim dalam menjalankan tugasnya. Kita tunggu saja apa langkah yang akan disiapkan TGC ke depan, sebab sangat perlu diingatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana ini mutlak... kalau ini tidak dilakukan dari sekarang, kapan lagi........ ?

Pentingnya menyebarluaskan dan mempraktekan informasi tentang bencana dan kedaruratan, Pedoman Hidup Sehat, Diadaftasi dari Facts for Life Third Edition, United Nations Children's Fund (Unicef) 2002.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar